10 Mei 2009

Cening Kebablasan









Ini adalah salah satu puisi yg saya tulis kira kira 4 tahun yg lalu,dan puisi ini benar benar membuat saya menangis saat seseorang dari tim redaksi dari majalah remaja ternama menelfon saya yg pada saat itu memberi kabar bahagia,kalo puisi saya masuk dalam daftar kategori,tapi ternyata saat final,saya cek di majalah tsb,ternyata sama sekali ga ada nama saya.Sumpah,saya kecwa banget,setidaknya jangan menumbuhkan harapan untuk saya berharap menang atau apalah.Jadi saya gak akan sekesal perasaan yg telah saya lalui dulu.

Daripada saya simpan di kolong meja,saya share aja di blog saya,semoga dapat nilai berharga dari pusisi ini.

Cening Kebablasan

Duh Cening,

Sudah kebablasan.

Heran,

Jaman perempuan semakin jadi korban,

Kelayapan di jalanan.

Kegelapan,lamban pelan menyapu perempatan.

Merangsang perempuan kota kota metropolitan,

Duduk terlentang,duduk telanjang.

Kursi kursi dari bahan rotan,

Bergores nama,terenyuh luka.

Maka mereka yang menggeliat mata keranjang,

Datang terangsang,duduk terlentang,

Duduk telanjang.

Bersamma menikmati malam,

Singkat nyata aurat kelam,

Dan hangat meyatukan tentram.

Duh Cening…Cening,

Luka perwanmu cukup sudah lebam.

Apalah arti dari segenggam uang,

Yang kau dapat dan kau makan,

Hingga menyerupai santapan santapan.

Duh Cening…Cening

Haram…Haram!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Post Your Coment's Below!!!